Kisah Aktivis Muhammadiyah, Dianggap Gila tapi Sukses Hijrahkan PSK dan Mucikari

Jakarta, Lini Indonesia – Militan berdakwah dan tak peduli cibiran negatif dari orang lain, itulah yang dilakukan oleh M. Arif An, pegiat Muhammadiyah yang berhasil menjadi tokoh kunci dalam mengentaskan para Pekerja Seks Komersial (PSK) dan Mucikari di Bangunsari dan Kremil, Surabaya kembali ke jalan Allah.

Arif yang pernah menjabat sebagai Ketua PCM Krembangan itu melakukan pendampingan kepada mereka sebelum tahun 2010 hingga 2016. Tekad Arif dilakukan karena terinspirasi oleh mendiang ibunya yang merupakan aktivis Persyarikatan dan telah merintis dakwah kepada kelompok marginal ini.

Bacaan Lainnya

Selain memberikan bimbingan dakwah, Arif juga menyediakan pelatihan ekonomi sehingga ketika lokalisasi resmi ditutup pemerintah, semua mantan pekerja prostitusi itu telah mampu hidup secara normal di jalan yang benar.

Dalam Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48 bertema “Mendampingi Kelompok Difabel, Marginal, Dhua’fa dan Mustadh’afin: Model Baru Pemberdayaan Sosial”, Kamis (31/3/2022) Arif mengisahkan lika-likunya dalam dakwah yang dipilihnya itu.

Selain cibiran dan pandangan negatif, dirinya juga mengaku sering mendapatkan ancaman dan serangan fisik. Pasalnya, metode yang dilakukan oleh Arif dianggap mendobrak kelaziman. ‘Dakwah Gila’ yang dinamakan Arif memang menggebrak tabu.

Misalnya mengundang PSK untuk mengaji di Masjid, memeriksa kesehatan mereka, hingga keliling mengadakan pengajian di tempat ataupun rumah para germo dan mucikari. Arif juga menjadikan hotel mesum sebagai tempat pelantikan Muhammadiyah hingga tempat salat Id. Kantor Muhammadiyah yang dipimpinnya buka 24 jam untuk menerima curhat para PSK terkait masalah agama dan non agama.

Arif bahkan memberi kemudahan bagi anak PSK dan germo untuk mendapatkan akses pendidikan di sekolah atau panti Muhammadiyah. Dia juga menikahkan anak germo dan PSK dengan aktivis Persyarikatan untuk mengurai masalah struktural yang terjadi.

“Masih banyak Pimpinan (Muhammadiyah) dalam melakukan dakwah hanya fokus di masjid dan di forum pengajian. Cari aman. Hanya berani amar makruf tetapi berpikir dua kali untuk nahi munkar,” kritiknya.

Pria asli Surabaya, kelahiran 30 September 1974 itu menilai aktivis Persyarikatan perlu lebih banyak lagi untuk turun keluar dari zona nyaman untuk berdakwah kepada kelompok manusia yang selama ini terpinggirkan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *