Ditambahkan oleh Kementerian Luar Negeri Tunisia bahwa sebagian besar jemaah haji yang meninggal itu melakukan perjalanan ke Saudi dengan visa turis dan berada di luar program haji resmi pemerintah Riyadh.
Setiap tahun, izin resmi untuk haji dialokasikan ke berbagai negara melalui sistem kuota dan didistribusikan kepada individu-individu melalui semacam undian. Bahkan bagi mereka yang mendapatkan kuotanya, biaya yang mahal bisa membuat rute tidak resmi — yang lebih murah ribuan dolar — menjadi lebih menarik.
Situasi itu marak terjadi sejak tahun 2019 ketika Saudi mulai menerbitkan visa turis umum, yang mempermudah perjalanan ke negara Teluk tersebut.
Menurut penghitungan AFP yang didasarkan pada pernyataan resmi dan laporan para diplomat terkait, sedikitnya 1.126 jemaah haji dari berbagai negara meninggal dunia di Saudi. Lebih dari separuh angka tersebut berasal dari Mesir.
Para pejabat senior Saudi menyebut Riyadh telah mengonfirmasi 577 kematian selama dua hari paling sibuk selama ibadah haji, yakni Sabtu (15/6) ketika para jemaah menjalankan salat berjam-jam di bawah terik matahari di Gunung Arafat, dan Minggu (16/6) ketika para jemaah melakukan ritual lempar jumrah di Mina.(*)