Jakarta, Lini Indonesia – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) melaporkan adanya 45 peristiwa pembunuhan di luar hukum (extra judicial killing) yang melibatkan aparat kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sepanjang setahun terakhir.
Wakil Koordinator KontraS, Andi Muhammad Rezaldy, menyatakan bahwa mayoritas dari pembunuhan ini dilakukan oleh polisi. Berdasarkan data yang tercatat, 47 orang menjadi korban dalam periode Desember 2023 hingga Desember 2024. Dari 45 peristiwa tersebut, 34 di antaranya melibatkan anggota kepolisian, sementara 11 peristiwa lainnya melibatkan anggota TNI.
“Dilihat dari aktornya angka tertinggi dari pelanggaran extrajudicial killing dilakukan oleh institusi kepolisian sebanyak 34 peristiwa dan institusi TNI sebanyak 11 peristiwa,” ujar Andi dalam agenda peluncuran “Catatan Hari HAM KontraS 2024: Rezim Berganti, HAM Masih Disisihkan”, dikutip dari Kompas. Senin (9/12/2024)
Andi menjelaskan, dari 47 korban tersebut, 20 orang tidak terkait dengan tindak pidana, sedangkan 27 lainnya terlibat dalam tindak pidana.
Beberapa contoh peristiwa pembunuhan di luar hukum yang tercatat adalah kasus Michael Sitanggang, Afif Maulana di Padang, dan Gama Rizki Nanta di Semarang. Dalam laporan tersebut, 29 korban tewas akibat penggunaan senjata api, sementara 18 korban lainnya tewas akibat penyiksaan.
“Peristiwa extra judicial killing ini yang akibat dari penggunaan senjata api yaitu sebanyak 29 korban, dan juga akibat dari tindak penyiksaan sebanyak 18 korban,” imbuh Andi.
Andi menekankan bahwa tingginya angka pelanggaran HAM ini mencerminkan masih adanya masalah besar terkait penggunaan kekuatan oleh aparat keamanan dalam menangani kasus kejahatan.
Ia juga menambahkan bahwa peristiwa-peristiwa seperti ini menunjukkan ketidakselarasan dalam perlindungan hak asasi manusia di Indonesia.(NA)
