Jakarta, Lini Indonesia – Belakangan ini, penampilan mantan Presiden Joko Widodo menjadi sorotan publik. Setelah tidak lagi menjabat sejak Oktober 2024, kondisi fisik Jokowi tampak berbeda dari biasanya khususnya dalam waktu baru-baru ini.
Dalam sejumlah video dan foto yang beredar, wajahnya terlihat lebih bengkak, dengan adanya flek hitam serta perubahan pada area mata dan pipi. Perubahan ini memicu spekulasi luas di media sosial, termasuk dugaan bahwa ia mungkin mengidap penyakit autoimun.
Dugaan itu diperkuat oleh komentar dokter Tifa yang menyebutkan bahwa tanda-tanda seperti bercak di wajah, rambut rontok, serta pembengkakan bisa mengarah pada kondisi autoimun atau sindrom Cushing.
Menurutnya, penampilan Jokowi tampak menunjukkan gejala-gejala khas dari penyakit semacam itu, terutama karena perubahan terjadi dalam waktu singkat.
Namun, kabar tersebut langsung dibantah oleh pihak dekat Jokowi. Ajudannya, Kompol Syarif Fitriansyah, menjelaskan bahwa perubahan pada wajah Jokowi disebabkan oleh alergi kulit, bukan penyakit autoimun.
Ia menyebutkan bahwa reaksi alergi itu muncul setelah kunjungan ke Vatikan pada akhir April 2025, dan kini Jokowi sedang menjalani proses pemulihan. Pernyataan senada juga disampaikan langsung oleh Jokowi yang menyebut bahwa kondisinya hanya alergi biasa dan tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan.
Meski begitu, publik masih mempertanyakan kebenaran di balik perubahan fisik tersebut. Pasalnya, gejala seperti flek hitam dan wajah sembab memang bisa muncul akibat alergi, tetapi juga dapat menjadi indikasi gangguan kesehatan lain.
Reaksi alergi parah bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti makanan, lingkungan, atau paparan bahan kimia tertentu. Namun, tanpa diagnosa medis yang dibuka ke publik, spekulasi pun tetap bermunculan.(*)