Keesokan harinya, Siswanto merasa curiga karena tidak melihat aktivitas dari kamar Arya. Saat mencoba mengetuk pintu, tidak ada respons. Ia kemudian memberanikan diri masuk ke kamar dan dikejutkan oleh temuan jasad Arya dalam kondisi tidak biasa. Tubuh korban ditemukan dalam posisi tergelak dan dililit lakban berwarna kuning. Awalnya, lakban tersebut disangka sebagai handuk, namun setelah diamati lebih dekat, Siswanto sadar bahwa itu adalah lakban yang menutupi sebagian tubuh korban. Ia segera meninggalkan kamar dan melaporkan kejadian tersebut.
Kos tempat Arya tinggal diketahui memiliki sekitar 15 unit kamera CCTV yang tersebar di berbagai sudut, termasuk akses pintu masuk, tangga, dan area luar. Rekaman-rekaman dari kamera tersebut kini menjadi bahan utama penyelidikan pihak kepolisian dalam menelusuri rangkaian aktivitas terakhir korban.
Meski hasil forensik dan penyelidikan polisi menyimpulkan bahwa tidak ada indikasi tindak kriminal, publik dan pihak keluarga masih menantikan transparansi serta klarifikasi yang lebih mendalam. Kasus ini masih menyita perhatian karena melibatkan seorang diplomat muda yang dikenal cemerlang dalam kariernya dan tidak menunjukkan tanda-tanda memiliki masalah serius.
Pihak keluarga berharap agar penyelidikan tidak dihentikan terlalu dini, dan meminta agar seluruh fakta yang berkaitan dengan kematian Arya benar-benar ditelusuri secara tuntas. Sementara itu, masyarakat pun turut mengamati perkembangan kasus ini dengan penuh perhatian, seraya berharap agar misteri di balik kematian Arya Daru Pangayunan bisa segera terungkap sepenuhnya.(*)