Jakarta, Lini Indonesia – Sebuah video yang beredar luas di Instagram memicu perbincangan publik setelah menampilkan sosok yang diduga Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, tengah bermain golf.
Video tersebut menjadi viral karena dinarasikan diunggah saat sejumlah wilayah di Sumatera masih bergulat dengan dampak bencana banjir dan tanah longsor yang menimbulkan korban serta kerugian besar.
Unggahan dari akun Instagram @fakt* itu menampilkan Dadan mengenakan kaus hijau dan kacamata hitam, berada di lapangan golf bersama beberapa orang lainnya.
Dalam keterangan unggahan disebutkan bahwa aktivitas tersebut terjadi di saat Presiden Prabowo Subianto dikabarkan tengah fokus menangani bencana di Aceh dan wilayah Sumatera lainnya.
Narasi video mempertanyakan sensitivitas pejabat negara di tengah situasi darurat kemanusiaan.
“Diduga Kepala BGN Dadan Hindayana asyik bermain golf di tengah bencana Sumatera. Gimana tanggapan kalian?” tulis akun tersebut, seperti dikutip pada Kamis (18/12/2025).
Menanggapi viralnya video itu, Dadan Hindayana membenarkan bahwa dirinya adalah orang yang terekam dalam tayangan tersebut. Namun, ia menegaskan bahwa kehadirannya di lapangan golf bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan dalam rangka mengikuti kegiatan Charity Golf yang diselenggarakan oleh Persatuan Golf Alumni (PGA) IPB.
“Iya itu benar. Saya hadir di acara Charity Golf oleh Persatuan Golf Alumni (PGA) IPB yang mana saya sebagai Ketua Dewan Pembina,” ujarnya dikutip dari detikcom, Kamis (18/12/2025).
Dadan menjelaskan bahwa dirinya hadir sebagai Ketua Dewan Pembina PGA IPB dan kegiatan tersebut bertujuan untuk penggalangan dana sosial. Dana yang terkumpul, menurutnya, diperuntukkan bagi beasiswa serta bantuan bagi korban bencana di Sumatera. Acara itu sendiri berlangsung pada Minggu, 14 Desember 2025.
“Saya support teman-teman yang menggalang dana untuk beasiswa dan bencana Sumatera. Iya benar (untuk penggalangan dana). (Acara pada) Minggu 14 Desember 2025,” jelasnya.
Meski demikian, munculnya video tersebut tetap menuai beragam reaksi dari masyarakat. Di tengah kondisi Sumatera yang masih berduka akibat banjir dan longsor, sebagian publik menilai bahwa aktivitas pejabat negara—apa pun alasannya—perlu mempertimbangkan sensitivitas sosial dan persepsi masyarakat.
Banyak pihak berharap para pejabat lebih menunjukkan empati secara langsung kepada korban, mengingat situasi bencana masih membutuhkan perhatian dan bantuan nyata.(*)







