Sidoarjo, Liniindonesia.com – Suasana haru mewarnai gerbang SDN Candi Pari 2 dan SDN Kesambi 1 Kecamatan Porong, Sidoarjo. Puluhan siswa kelas satu yang baru beberapa bulan menikmati bangku sekolah, tiba-tiba diberhentikan secara sepihak dengan alasan kuota penuh.
Tangis dan kebingungan tampak dari wajah para wali murid. Mereka tidak menyangka, setelah anak diterima bahkan sudah membeli seragam, justru harus menelan pil pahit.
“Anak saya sudah diterima, sudah beli seragam, kenapa tiba-tiba tidak boleh sekolah lagi?” ungkap seorang wali siswa dengan mata berkaca-kaca, Sabtu (16/8/2025).
Kasus ini menimpa 14 siswa di SDN Candi Pari 2 dan 12 siswa di SDN Kesambi 1. Total 26 anak harus terancam kehilangan hak pendidikannya akibat keputusan mendadak tersebut.
Respons PDI Perjuangan Porong
Melihat kegelisahan orang tua, PAC PDI Perjuangan Kecamatan Porong segera turun tangan. Ketua PAC, Manunggal, bersama para wali siswa mendatangi sekolah untuk meminta penjelasan.
“Proses belajar mengajar sudah berjalan beberapa bulan. Ada apa ini tiba-tiba siswa diberhentikan?” kata Manunggal dengan nada prihatin.
Laporan ini kemudian diteruskan ke Plt Ketua DPC PDI Perjuangan Sidoarjo, Hari Yulianto. Ia segera berkoordinasi dengan Fraksi PDI Perjuangan di DPRD Sidoarjo. Ketua Fraksi, Tarkit Erdianto, bersama anggota dewan lain seperti Kasipah, langsung turun ke lokasi untuk mengawal kasus ini.
Solusi Sementara dan Janji Pengawalan
Dalam pertemuan dengan orang tua siswa, pihak sekolah mengaku keputusan tersebut berasal dari arahan Dinas Pendidikan. Namun, ketidakhadiran kepala sekolah menambah kebingungan di tengah situasi pelik ini.
“Kalau alasannya kuota, kenapa tidak sejak awal? Anak-anak sudah diterima, bahkan membeli seragam. Tiba-tiba sekarang diberhentikan, ini tidak masuk akal,” tegas Kasipah.
Sebagai solusi sementara, para siswa dipastikan tetap bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa. “Kami akan kawal persoalan ini sampai tuntas,” ujarnya.
Kasus ini menjadi ironi di tengah semangat pemerataan pendidikan. Puluhan anak yang seharusnya riang belajar, justru harus menghadapi ketidakpastian karena kebijakan yang membingungkan. (Yoga)