Sidoarjo, Lini Indonesia – Proses evakuasi santri korban reruntuhan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, memasuki hari ketiga dengan pengumuman krusial dari Badan SAR Nasional (Basarnas).
Setelah mendeteksi bau menyengat di lokasi, Basarnas mengumumkan adanya delapan titik hitam di bawah timbunan beton berat bangunan tiga lantai yang ambruk. Titik hitam ini mengindikasikan bahwa tidak ada lagi respons atau tanda-tanda kehidupan dari korban yang berada di sana.
Kasubdit RPDO Basarnas, Emi Freezer, menjelaskan bahwa total ada 15 titik yang terdeteksi oleh tim.
Titik-titik ini terbagi menjadi dua status yang menentukan langkah penyelamatan selanjutnya. “Dari 15 lokasi yang kami deteksi, delapan di antaranya berstatus hitam. Artinya tidak ada respons atau tanda kehidupan. Sementara tujuh titik lain berstatus merah yang masih mungkin dilakukan upaya penyelamatan,” kata Emi Freezer dalam konferensi pers di Posko Al-Khoziny, Rabu (1/10/2025).
Basarnas juga menekankan bahwa waktu penyelamatan santri korban reruntuhan Ponpes Al-Khoziny di Sidoarjo kini berada dalam periode kritis.
Kasubdit RPDO Basarnas, Emi Freezer, mengumumkan bahwa batas waktu emas penyelamatan (golden period) adalah 72 jam pertama sejak musibah terjadi pada Senin (29/9) sore. Setelah waktu ini terlampaui, tim akan melakukan evaluasi ulang bersama pihak keluarga mengenai langkah selanjutnya.
”Waktu emas penyelamatan adalah 72 jam pertama atau golden period tiga kali 24 jam. Setelah itu, kami akan evaluasi ulang bersama pihak keluarga,” tegas Emi Freezer.