Jakarta, Lini Indonesia – Dokter Sergio Alfieri, yang memimpin tim medis dan pernah merawat Paus Fransiskus selama masa pengobatan pneumonia di Rumah Sakit Gemelli, Roma, menceritakan momen-momen akhir kehidupan pemimpin tertinggi Gereja Katolik tersebut.
Ia menyampaikan bahwa kondisi Paus sudah sangat kritis dan tak lagi merasakan sakit ketika akhirnya menghembuskan napas terakhir.
Saat itu Alfieri mendapat panggilan darurat dari staf internal Vatikan sekitar pukul 05.30 pagi waktu setempat. Tanpa menunda, ia langsung menuju lokasi dan tiba sekitar 20 menit kemudian. Saat memasuki ruangan, ia mendapati Paus dalam kondisi sadar namun tidak menunjukkan respons apa pun.
“Saya memastikan tidak ada gangguan pada pernapasannya. Namun saat saya memanggil namanya, beliau tidak bereaksi,” ujar Alfieri dalam wawancaranya dengan Corriere della Sera, dikutip dari Independent.
Ia menjelaskan bahwa kondisi tersebut menandakan Paus telah memasuki keadaan koma, dan sebagai dokter, ia menyadari bahwa tidak ada lagi yang bisa dilakukan secara medis.
Dalam wawancara terpisah dengan La Repubblica, Alfieri mengatakan bahwa beberapa pejabat Vatikan sempat mendesaknya agar membawa Paus ke RS Gemelli. Namun setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan, ia menyimpulkan bahwa tindakan tersebut tidak akan banyak membantu.
“Kalau pun kami memaksakan membawa beliau ke rumah sakit, besar kemungkinan beliau akan wafat dalam perjalanan,” ujarnya.
Alfieri menambahkan bahwa sekalipun dilakukan pemindaian CT scan, hal itu hanya akan memperjelas diagnosis tanpa mengubah hasil akhir. Menurutnya, Paus Fransiskus terkena serangan stroke parah yang bisa melumpuhkan hanya dalam waktu satu jam.
Seperti diketahui, Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin, 21 April, akibat stroke yang mendadak dan fatal. (*)