Jakarta, Lini Indonesia – Program Menu Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan setelah ratusan siswa di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami gejala keracunan makanan. Sekitar 400 pelajar dilaporkan mengalami mual, pusing, sakit perut, hingga diare setelah menyantap makanan dari program pemerintah tersebut.
Menanggapi kejadian ini, Dede Nasrullah, pakar kesehatan sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya, menilai perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme pelaksanaan MBG. Ia menekankan bahwa pengelolaan makanan harus memenuhi standar ketat mulai dari proses pengadaan hingga distribusi ke siswa.
“Pemerintah melalui Badan Gizi Nasional harus menjamin bahwa setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) benar-benar menjalankan tugas sesuai standar operasional, termasuk pengawasan berkala terhadap bahan, cara pengolahan, penyimpanan, hingga cara penyajian,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (5/5/2025).
Menurut Dede, aspek kebersihan makanan kerap terabaikan. Ia mengingatkan bahwa penyedia makanan seharusnya memahami prinsip dasar penyusunan menu bagi anak-anak sekolah, bukan sekadar menyajikan makanan massal.
Oleh karena itu, ia mendesak pemerintah untuk tidak sembarangan dalam memberikan izin operasional, serta memastikan ada inspeksi langsung ke fasilitas produksi makanan. Lebih jauh, Dede menyarankan agar pemerintah bersikap tegas bila ditemukan pelanggaran serupa.
“Kalau ada kasus berulang, izin penyedia makanan perlu dicabut dan jangan diberi kesempatan lagi untuk menyalurkan makanan ke siswa,” katanya.
Selain itu, ia juga mengajak masyarakat dan para penerima manfaat program untuk mengenali ciri-ciri makanan yang tidak layak konsumsi. Makanan yang sudah basi biasanya menunjukkan perubahan aroma, warna, dan tekstur. Ia menyarankan agar siswa dan orang tua mulai membiasakan diri memeriksa makanan secara mandiri sebelum dikonsumsi.
“Gunakan pancaindra sebagai alat deteksi awal. Makanan seperti nasi, mie, atau lontong cepat mengalami pembusukan pada suhu ruang. Ciri khasnya bisa berupa bau asam, tekstur licin, atau muncul jamur,” jelasnya.
Dede menyimpulkan bahwa persoalan dalam program MBG ini sebagian besar berakar dari buruknya sistem penyimpanan dan distribusi makanan. Ia menegaskan bahwa penyajian makanan dalam jumlah besar harus dilakukan dengan standar kebersihan yang sangat tinggi agar tidak membahayakan kesehatan siswa. (*)