Jakarta, Lini Indonesia – Baru-baru ini, sebuah insiden di Solo menjadi perbincangan hangat di media sosial, di mana sebuah mobil Honda HRV mogok setelah mengisi bahan bakar jenis Pertamax yang diduga tercampur air di SPBU Pucangsawit.
Kejadian ini diunggah oleh pemilik kendaraan di Facebook, menunjukkan mobilnya yang tengah diderek menuju bengkel di Solo Baru.
Menanggapi hal tersebut, Area Manager Communication, Relations & Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan, mengonfirmasi adanya insiden tersebut.
Ia menjelaskan bahwa tercampurnya BBM dengan air kemungkinan besar disebabkan oleh rembesan air hujan ke dalam tangki penyimpanan Pertamax di SPBU tersebut akibat curah hujan yang tinggi. Sebagai langkah antisipasi, penjualan Pertamax di SPBU Pucangsawit dihentikan sementara untuk dilakukan pengecekan lebih lanjut.
“Hasil pengecekan, betul karena curah hujan tinggi mengakibatkan rembesan air. Sekarang sedang dicek sumbernya di mana untuk tangki Pertamax,” ujar Taufiq.
Insiden serupa juga pernah terjadi di Kendal pada Desember 2024. Sejumlah pengguna kendaraan melaporkan kendaraannya mogok setelah mengisi Pertamax yang diduga tercampur air di SPBU Kaliwungu.
Pihak SPBU mengakui adanya kebocoran pada tangki penyimpanan yang menyebabkan air masuk dan mencampuri BBM. Sebagai bentuk tanggung jawab, SPBU tersebut bersedia menanggung biaya servis kendaraan, towing, penggantian BBM, serta kerugian lainnya yang dialami konsumen.
Kasus-kasus ini menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap kualitas BBM yang dijual di SPBU. Tercampurnya BBM dengan air dapat menyebabkan kerusakan serius pada mesin kendaraan, seperti mesin sulit dihidupkan, performa menurun, dan konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros.
Oleh karena itu, diharapkan pihak terkait dapat meningkatkan standar operasional dan perawatan fasilitas penyimpanan BBM untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.(NA)