Puti Guntur Soekarno: Menuju Nol Stunting, Indonesia Emas 2045

Sidoarjo, Liniindonesia.com – Penanganan stunting di Indonesia kini didorong melalui kolaborasi strategis antara ranah politik dan riset. Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Puti Guntur Soekarno, S.Ip., menekankan bahwa mengatasi stunting adalah isu kedaulatan pangan dan martabat bangsa. Hal ini disampaikannya saat membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Pencegahan dan Pemulihan Stunting di Hotel Aston Sidoarjo pada Jumat, 27 September 2025.

Kolaborasi antara Komisi X DPR RI dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini bertujuan memperkuat strategi intervensi stunting di tingkat masyarakat dengan berbasis bukti ilmiah. Puti Guntur, yang juga Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan DPP PDI Perjuangan, membuka acara yang turut dihadiri oleh Peneliti Ahli Madya BRIN, Dr. Yekti Widodo, SP., M.Kes.
Komitmen Ideologis dan Ancaman Kualitas SDM

Read More

“Isu stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi ancaman serius terhadap kualitas sumber daya manusia kita di masa mendatang,” ujar Puti Guntur.

Ia menggarisbawahi komitmen partainya yang dituntut langsung oleh Presiden Ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, untuk menekan angka stunting hingga nol persen sebagai target ideologis.

Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting nasional berhasil ditekan hingga 19,8%. Namun, Puti mengingatkan bahwa tantangan utama adalah disparitas antar daerah. Ia memuji kinerja Jawa Timur yang prevalensinya hanya 14,7%, serta secara spesifik Kabupaten Sidoarjo yang berhasil menekan angka menjadi 8,4% di tahun 2023, menunjukkan intervensi efektif.

Puti Guntur menegaskan bahwa solusi stunting harus kembali pada visi pendiri bangsa, Presiden Soekarno, melalui Gerakan Hidup Bersih sejak 1960-an. Visi ini diperkuat dengan ajaran Ibu Megawati tentang pangan lokal, yang menuntut kaum perempuan untuk bisa memasak, apa pun profesinya.

“Memasak dengan bahan pangan lokal adalah manifestasi nyata dari kedaulatan pangan. Kita tidak boleh bergantung pada impor,” jelas Puti.

Puti Guntur Soekarno menjelaskan bahwa komitmen pada pangan lokal, seperti ubi jalar atau jagung, membawa manfaat ganda. Pangan tradisional ini tidak hanya dinilai lebih bervariasi dan padat nutrisi untuk anak, tetapi secara strategis juga memperkuat ekonomi lokal di tingkat desa.

“Ayo bergerak! Tunjukkan bahwa kaum perempuan tidak lemah, ayo ibu-ibu bangun!” Seruan Puti membakar semangat peserta.

Sementara itu, Dr. Yekti Widodo dari BRIN membenarkan bahwa riset ilmiah sangat penting untuk menentukan strategi yang tepat. “Meskipun kita bangga dengan penurunan nasional, riset BRIN bertujuan menghasilkan bukti ilmiah dan data yang valid untuk menentukan fokus tindakan yang spesifik lokasi,” kata Dr. Yekti.

Ia menjelaskan bahwa Bimtek ini menjadi wadah untuk memperkuat strategi percepatan distribusi pangan tambahan, meningkatkan cakupan tablet tambah darah, dan menguatkan peran kader masyarakat di lapangan. Dukungan PDI Perjuangan terhadap pangan lokal sejalan dengan temuan ilmiah BRIN mengenai potensi komoditas tradisional dalam membangun kemandirian gizi.

Puti Guntur Soekarno menutup acara, “Permasalahan stunting ini jangan sampai menghambat cita-cita Bung Karno untuk mengguncang dunia. Melalui Bimtek ini, kita memastikan setiap anak tumbuh optimal agar mampu mewujudkan mimpi luhur tersebut dan mencapai Visi Indonesia Emas 2045.”
(Yoga)

Related posts