Jakarta, Lini Indonesia – Penyedia layanan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Empat Lawang memberikan klarifikasi terkait insiden ditemukannya ulat dalam makanan yang didistribusikan kepada siswa. Mereka menduga bahwa kemunculan ulat atau telur lalat terjadi akibat lamanya rentang waktu distribusi makanan sebelum dikonsumsi oleh siswa.
“Kami mengirim makanan sekitar pukul 07.15 pagi, tetapi baru didistribusikan kepada siswa sekitar pukul 11.00 siang. Seharusnya, makanan sudah diberikan sebelum pukul 10.00 agar tetap dalam kondisi baik,” ungkap Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Tebing Tinggi, Ade Saputra, dikutip dari RMOLSumsel.
Ia menegaskan bahwa bahan baku yang digunakan telah melalui pemeriksaan menyeluruh sebelum dimasak dan tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan, basi, atau keberadaan ulat. Namun, pihaknya masih menunggu hasil uji laboratorium dari BPOM Palembang untuk memastikan penyebab insiden tersebut.
Sebagai respons atas kejadian ini, Penjabat (Pj) Bupati Empat Lawang, Fauzan Khoiri, bersama jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), melakukan inspeksi langsung ke dapur penyedia MBG di Pondok Makan 2 Sepakat, Tebing Tinggi. Langkah ini bertujuan untuk mengevaluasi serta memastikan kualitas dan keamanan program MBG.
“Hari ini kami bersama Kapolres, Sekda, serta pihak penyedia MBG meninjau langsung dapur pengolahan makanan. Evaluasi ini penting agar kejadian serupa tidak terulang, dan program MBG dapat berjalan dengan baik,” ujar Fauzan.
Ia menambahkan bahwa sejumlah perbaikan telah dilakukan, meskipun masih ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan untuk peningkatan ke depan. Program MBG akan terus berjalan dengan prosedur yang lebih ketat guna menjamin keamanan pangan bagi siswa.
Kapolres Empat Lawang, AKBP Abdul Aziz Septiadi, menyatakan bahwa penyelidikan terkait insiden ini masih menunggu hasil uji laboratorium dari BPOM Palembang.
“Berdasarkan komunikasi terakhir, hasil uji laboratorium diperkirakan akan keluar dalam tiga hingga empat hari ke depan,” jelasnya.
Di sisi lain, pembagian makanan MBG di SDN 8 Tebing Tinggi tetap berlanjut. Namun, beberapa siswa memilih membawa bekal sendiri dari rumah. Kepala Sekolah SDN 8 Tebing Tinggi, Pitriani, menyatakan bahwa pihak sekolah tidak mewajibkan siswa untuk mengonsumsi makanan MBG.
“Orang tua memiliki pendapat yang beragam. Jika ada siswa yang memilih membawa bekal sendiri atau membawa pulang makanan MBG, kami tidak akan memaksakan,” katanya.