Sidoarjo, Liniindonesia.com – Operasi evakuasi korban ambruknya Musala Pondok Pesantren Al Khoziny telah memasuki hari keenam, namun proses identifikasi dan pencarian masih menghadapi tantangan besar. Dalam Rapat Koordinasi rutin harian di Posko Tanggap Darurat, Sabtu (04/10/2025), Kepala BNPB Letjen TNI Suhariyanto mengumumkan bahwa 40% material reruntuhan telah berhasil dievakuasi.
Penanganan Darurat BNPB Mayjend TNI Budi Irawan, Laksamana Pertama Bramantyo, Kapolres Sidoarjo, Dandim 0816 Sidoarjo, Asisten Adm Perekonomian Pembangunan Mahmud, serta unsur terkait lainnya, untuk mengevaluasi percepatan penanganan bencana.
Total 14 Jenazah Ditemukan, 49 Santri Masih Hilang
Suhariyanto menyampaikan data terbaru per malam 03/10: total 14 korban meninggal telah ditemukan tim gabungan, di mana 6 jenazah ditemukan pada malam terakhir. Dari total korban meninggal yang teridentifikasi, hanya 5 orang yang telah berhasil diidentifikasi, sementara 9 jenazah masih dalam proses DVI (Disaster Victim Identification).
Kesulitan utama dalam proses identifikasi adalah kondisi korban yang sebagian besar merupakan anak-anak.
“Ada beberapa kesulitan dalam mengidentifikasi korban karena korban yang sebagian besar anak-anak yang belum mempunyai KTP sehingga masih belum punya rekam sidik jari, sehingga salah satu cara yang paling efektif adalah dengan tes DNA,” jelas Suhariyanto.
BNPB mencatat, hingga hari ini, terdapat 167 korban terdata; 118 telah ditemukan (103 selamat, 2 selamat belum teridentifikasi), sementara 49 orang santri masih dalam proses pencarian.
Dengan 40% material sudah terangkat, tim gabungan kini memprioritaskan pembersihan area reruntuhan secara masif menggunakan alat berat.
“Setelah korban terakhir yang ditemukan semalam, kami akan fokus kepada pembersihan secara masif alat berat masuk ke titik yang runtuh sehingga mudah-mudahan per hari ini bisa ditemukan lebih banyak lagi, yang mana tim pencarian pertolongan gabungan ini sudah mengidentifikasi titik-titik mana yang memungkinkan ada korban,” katanya.
Selain percepatan evakuasi, BNPB juga mengambil keputusan humanis terkait keluarga korban. Ditemukan solusi agar keluarga tidak menunggu jenazah di Posko, melainkan di RS Bhayangkara yang lebih representatif.
“Telah diputuskan mengumpulkan keluarga untuk menunggu di RS Bhayangkara yang disiapkan tempat yang lebih representatif dengan logistik yang memadai, sehingga di tengah-tengah bencana mereka akan lebih tenang,” tambah Suhariyanto.
Permintaan Khusus: Prioritaskan Pencarian, Hindari Gangguan
Menutup jumpa pers, Suhariyanto meminta dukungan penuh dari masyarakat untuk memercayai proses yang telah ditetapkan. Ia meminta agar timnya tidak disibukkan dengan hal-hal di luar prioritas pencarian.
“Mohon dukungannya, jangan kami disibukkan dengan hal-hal di luar pencarian pertolongan yang menjadi prioritas, dengan tindakan-tindakan yang kurang percaya dengan aparat mengambil sendiri jenazah, karena hal ini akan mengganggu proses pencarian dan pertolongan yang dilakukan dengan semaksimal mungkin,” pungkasnya. (Yoga)