Profil Lengkap Pemilik PIK dan BSD yang Masuk PSN Jokowi

Jakarta, Lini Indonesia – Kawasan Pengembangan Terpadu di Bumi Serpong Damai (BSD) serta pengembangan Konsep Tropis Pantai Indah Kapuk (PIK) adalah dua dari 14 proyek yang telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).

Pembangunan ini direncanakan untuk tidak mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), melainkan akan menggunakan skema pendanaan dari sektor swasta.

Bacaan Lainnya

“Tadi dilaporkan ke Pak Presiden (Joko Widodo atau Jokowi) ada 14 PSN baru yang pembiayaannya berasal dari swasta, menciptakan lapangan kerja, dan tidak membutuhkan APBN,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, pada Senin, (18/3/2024) dikutip dari Tempo.

Berikut profil pemilik BSD City dan PIK.

  1. Profil pemilik BSD City

BSD City, yang juga dikenal sebagai Bumi Serpong Damai, adalah sebuah kawasan terkenal yang merupakan kota mandiri di bagian selatan Jakarta. Saat ini, BSD City dimiliki dan dikelola oleh Sinar Mas Land, sebuah anak perusahaan dari Sinar Mas Group.

Sinar Mas Group sendiri adalah sebuah perusahaan besar yang didirikan oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja, seorang konglomerat Indonesia.

Setelah meninggalnya Eka, Sinar Mas Group kini dijalankan oleh anak-anaknya. Salah satu anaknya, Muktar Widjaja, yang juga menjabat sebagai Executive Director & Chief Executive Officer di Sinar Mas Land, diharapkan akan menggarap Proyek Strategis Nasional (PSN) di BSD.

PSN tersebut direncanakan akan fokus pada pengembangan BSD City menjadi pusat kesehatan dan pendidikan.

Eka Tjipta Widjaja, pendiri Sinar Mas Group, meninggal pada usia 97 tahun pada Sabtu malam, 26 Januari 2019. Perjuangan kerasnya dimulai dari menjadi pedagang kelontong keliling pada tahun 1938, dan membawanya menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia 80 tahun kemudian. Kekayaannya pada tahun 2018 mencapai Rp 198,8 triliun menurut riset Globe Asia.

Awal bisnis Eka dimulai sebagai pedagang kelontong yang menjual biskuit dan permen dengan sepeda di sekitar kota Makassar, Sulawesi Selatan pada tahun 1938.

Usahanya terus berkembang pesat seiring berjalannya waktu, termasuk bisnis kopra yang membuatnya dijuluki “Bapak Kopra” pada tahun 1961.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *