Pasca Pandemi, Tantangan dan Peluang dr Kulit

Iwan Trihapsoro Foto Dokumen Pribadi)

Oleh:

dr. Iwan Trihapsoro, Sp.KK., Sp.KP., FINSDV., FAADV
Anggota Perdoski
Tim Ahli Kelompok Kerja Ketahanan Kesehatan Nasional periode 2021-2024

Bacaan Lainnya

Pandemi Covid-19 secara langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi setiap manusia dan
merubah sistem pelayanan kesehatan. Pandemi merupakan situasi yang berkembang pesat,
menimbulkan tantangan dan peluang yang mendorong pengembangan infrastruktur baru untuk
beradaptasi dalam praktik dermatologi. Seperti semua spesialisasi lainnya, praktik dermatologi sangat terpengaruh oleh pandemi ini. Para dokter kulit telah turut serta dalam mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan penularan virus, sembari memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan kasus kelainan kulit dan
kelamin di lingkungan terbatas. Insiden pasti atau prevalensi manifestasi kulit terkait Covid-19
sebagian besar masih belum diketahui dan mekanisme patofisiologinya juga masih belum jelas.
Memburuknya penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya seperti rosasea, eksim, dermatitis atopik,
dan ruam neurodermatitis telah dilaporkan pada pasien Covid-19. Mengobati diri sendiri, kurangnya
kepatuhan pasien dan kurangnya protokol pengobatan yang tepat serta pemantauannya merupakan
masalah serius dalam kejadian ini.

Belum lagi hilangnya kasus-kasus penyakit kulit dan kelamin yang
kronis dan menjadi program pemberantasan nasional akibat pandemi seperti kusta, HIV-AIDS dll.
Masih adanya ketidakpastian tentang berapa lama isolasi sosial akan diterapkan, serta
timbulnya varian baru seperti varian delta dan omicron, maka para dokter kulit perlu tetap
memperhatikan pasien yang sedang atau memulai terapi imunomodulator, dan menghindari
kunjungan rumah sakit yang tidak perlu. Dilain pihak, ada kelompok pasien dengan kebutuhan
penanganan dermatologi mendesak, yang kemungkinan besar tidak dapat menunggu hingga periode
isolasi berakhir, sehingga para dokter perlu mencari pendekatan yang inovatif untuk penanganannya.
Amankah kunjungan ke klinik ? Di Amerika Serikat, prosedur berobat yang aman ke klinik kulit menurut American Academy of Dermatology secara umum adalah sebagai berikut.

  1. Kunjungan dengan perjanjian, pasien dapat memilih untuk berkonsultasi secara online
    dengan telemedicine atau secara offline.
  2. Pembatasan pengunjung, khususnya pendamping pasien saat berobat. Disarankan, bila
    memungkinkan pendamping menunggu di mobil atau di luar ruang klinik.
  3. Dokumen rekam medik secara online, untuk menghindari antrian di resepsionis.
  4. Panggilan pre screening, untuk menanyakan keluhan yang dialami seperti tanda atau gejala
    infeksi saluran pernapasan, misalnya batuk, sakit tenggorokan, demam, atau sesak napas.
    Kehilangan rasa atau bau, pilek, diare, atau mual. Apakah baru-baru ini melakukan kontak
    dekat dengan seseorang yang didiagnosis dengan Covid-19 atau tidak.
  5. Memakai masker, mengukur suhu tubuh dan jaga jarak.
  6. Setelah selesai konsultasi atau berobat diharapkan kembali kerumah

    Di Indonesia pada dasarnya sama, bahkan setelah adanya program imunisasi maka status
    imunisasi akan ditanyakan atau harus menggunakan aplikasi Peduli Lindungi untuk keluar masuk
    rumah sakit.
    Dampak pada klinik dermatologi, tindakan operasi dan pendidikan
    Sejak awal pandemi, banyak langkah dan protokol telah diterapkan untuk mengurangi risiko
    penyebaran infeksi, menurunkan puncak kurva epidemi, dan mempersiapkan berbagai fasilitas
    kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19. Berdasarkan pengalaman China, hanya
    operasi kulit mendesak yang harus dilakukan, kapasitas klinik rawat jalan harus dikurangi, semua
    pasien harus diperiksa di pintu masuk klinik untuk demam atau riwayat perjalanan ke daerah endemik,
    dan semua pasien harus diperiksa memakai masker; namun, perlu diketahui juga bahwa terkadang
    penggunaan masker untuk pasien mungkin sulit karena sebagian besar karsinoma berisiko tinggi
    terletak di daerah wajah. Selanjutnya, dokter harus memakai APD berupa masker, kacamata, pakaian
    pelindung, penutup kepala dan sarung tangan. Umumnya, sebagian besar kunjungan rawat jalan dermatologis bersifat elektif, sehingga disarankan untuk membatalkan semua kunjungan yang tidak mendesak dan hanya kunjungan rawat
    jalan yang mendesak (termasuk operasi untuk keganasan) harus dilakukan asalkan menerapkan
    tindakan perlindungan yang ketat. Disarankan agar praktisi yang berisiko Covid-19 (usia 60 tahun atau
    lebih, memiliki gangguan kekebalan, hamil, dan penyakit penyerta) harus menghindari kontak dengan
    pasien. Di sisi yang sama, rawat inap di rumah sakit hanya boleh dipertahankan untuk pasien dengan
    penyakit kulit parah yang tidak merespons pengobatan rawat jalan.
    Salah satu teknologi medis yang diminati selama pandemi saat ini adalah telemedicine yang
    memungkinkan dokter kulit mendiagnosis pasien dari jarak jauh dan meresepkan perawatan yang
    tepat. Ada dua jenis konsultasi dalam teledermatologi baik sinkron (interaksi real time antara pasien
    dan dokter) atau asinkron (data pasien disimpan dan kemudian ditinjau oleh dokter). Menariknya,
    teknologi smartphone (terutama whatsapp) telah digunakan untuk mengatasi kekurangan peralatan
    teledermatologi di sebagian besar fasilitas kesehatan, namun memiliki keterbatasan dalam hal
    kualitas video dan gambar, serta masalah medikolegal dan privasi.
    Pandemi Covid-19 berdampak besar pada kegiatan pengajaran dan kegiatan ilmiah, namun,
    pengajaran jarak jauh mahasiswa kedokteran dan residen melalui kuliah online, seminar dan diskusi
    kasus lebih aman dibandingkan dengan metode klasik selama masa kritis ini.
    Peran perhimpunan
    Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) saat ini memiliki 2.554
    anggota yang berada di 28 Cabang di seluruh Indonesia. Pada masa sebelum pandemi telah berhasil
    melaksanakan transformasi digital sistem administrasi sehingga pada saat awal pandemi telah dapat
    100% melaksanakan Working From Home dan tetap beroperasi penuh. Melalui Sistem Informasi
    Terintegrasi maka Perdoski dapat melakukan edukasi di masyarakat melalui website dan media sosial.
    Satgas Covid-19 Perdoski dibentuk sejak April 2020, dengan kegiatan utama berupa donasi dan
    distribusi APD dan Masker, pendampingan anggota yang terdampak covid-19, melakukan kajian
    terkait covid-19 dalam praktek, kajian terhadap alur pasien, kampanye vaksinasi, penelitian efek UV
    light, hand sanitizer dan APD, serta melaksanakan 111 webinar. Selain itu bekerja sama dengan

Kemenkes RI telah dikembangkan pula aplikasi alat bantu diagnostik penyakit kulit dan kelamin Skin
Apps. Rekapitulasi monitoring Covid-19 secara kumulatif hingga Agustus 2021, terdapat 141 dokter
kulit yang positif Covid-19, dimana 18 orang memerlukan rawat inap sedangkan 2 diantaranya
meninggal dunia. Ketua Umum PP Perdoski yang terpilih kembali untuk periode jabatan kedua pada Konas
Perdoski 2021, Dr. dr. M. Yulianto Listiawan, Sp.KK(K)., FINSDV., FAADV mengatakan bahwa pascapandemi, Perdoski akan terus bertransformasi menjadi jangkar dalam pelayanan kesehatan kulit dan
kelamin di Indonesia dengan mengedepankan pelayanan masyarakat untuk kesejahteraan bersama,
berorientasi digitalisasi dengan memperluas jangkauan internasional untuk mencapai Visi Perdoski
yaitu menjadi perhimpunan profesi yang profesional dan terkemuka di bidang dermato-venereologi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan diakui di tingkat dunia.
Menurut Ketua Umum Perdoski, beberapa pekerjaan rumah yang masih harus dilakukan
dimasa mendatang adalah menyusun regulasi estetik, sistem pembiayaan kesehatan (BPJS, InaCBG,
DOEN, FORNAS), pengumpulan data morbiditas penyakit, penguatan kompetensi melalui Lembaga
Pendidikan dan Pelatihan Dermato-Venereologi, etika profesi anggota, telemedicine dibidang
dermato-venereologi dan penyempurnaan sistem digital Perdoski.

Peluang Masa Depan
Saat ini sangat banyak laporan kasus Covid-19 yang dijumpai pada jurnal ilmiah. Penting bagi
dokter kulit untuk melakukan penelitian prospektif ketat guna mencapai pemahaman komprehensif
tentang prevalensi sebenarnya, riwayat alami infeksi SARS-CoV-2, menentukan apakah manifestasi
kulit menandakan asosiasi sistemik yang penting dan mengidentifikasi strategi manajemen terbaik.
Selain itu, penelitian paralel harus mampu memberi petunjuk bagaimana dokter kulit dapat terus
memberikan pelayanan spesialistiknya di masa pandemi global, dengan perhatian pada strategi
mengurangi kesenjangan dalam akses dan mengidentifikasi prioritas dalam penelitian dermatologis
dan pelayanan klinis .

Dokter kulit harus tetap fokus pada peran penting mereka di tengah krisis pelayanan kesehatan
internasional ini, terus belajar dan berkontribusi, dan mempertimbangkan cara terbaik untuk
mendiagnosis dan merawat pasien dengan manifestasi kulit terkait Covid-19 dengan aman dan efektif
sambil tetap mempertahankan kualitas terbaik untuk semua pasien yang membutuhkan pelayanan
dermatologis.

Kesimpulannya, Covid-19 secara dramatis telah mempengaruhi praktik dermatologis. Namun,
dokter kulit harus tetap memberikan perhatian untuk tidak berkompromi (dengan membatalkan atau
menunda) terhadap kasus yang mendesak dan berisiko tinggi. Meskipun pandemi telah menyebabkan
banyak orang menunda mencari pelayanan medis, penting untuk terus menjaga kesehatan diri.
Kanker kulit dan banyak kondisi kulit, rambut, dan kuku lainnya masih perlu diobati untuk
mencegahnya bertambah parah dan membantu masyarakat tetap sehat. Keselamatan pasien tetap menjadi prioritas utama bagi para dokter kulit.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *