Update Korban Gaza: Korban Tewas Tembus 17 Ribu Lebih Hingga Kondisi yang Semakin Sulit

Jakarta, Lini Indonesia – Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas akibat kejahatan genosida Israel ke Palestina mencapai 17.487 jiwa sejak 7 Oktober 2023 lalu.

Namun jumlah tersebut masih belum pasti mengingat kondisi di Palestina banyak bangunan gedung yang hancur. Sehingga diduga masih banyak orang yang tertimbun dan belum dievakuasi karena kurangnya alat dan serangan Israel yang masih terus berlanjut.

Bacaan Lainnya

“Pemantauan kami menunjukkan bahwa jumlah yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan mungkin kurang dari yang dilaporkan karena tidak termasuk korban jiwa yang tidak sampai ke rumah sakit atau mungkin hilang di bawah reruntuhan,” ujar juru bicara kantor hak asasi manusia PBB dikutip dari Reuters, Minggu (10/12/2023).

Laporan pada 26 Oktober mengatakan setidaknya 1.000 mayat tidak dapat ditemukan atau dibawa ke kamar mayat. Hal ini mengutip dari sejumlah keluarga yang diwawancarai oleh staf di Gaza.

Menteri Kesehatan PA Al-Kaila menyebutkan jumlah mayat yang dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan sekarang mencapai ribuan dan sebagian besar peralatan penggalian pasukan pertahanan sipil Gaza telah dihancurkan dalam serangan udara.

Sementara itu, dalam enam minggu pertama konflik tersebut kamar mayat rumah sakit di seluruh Gaza mengirimkan angka-angka ke pusat pengumpulan utama kementerian kesehatan di Rumah Sakit Al Shifa.

Para petugas menggunakan lembar Excel untuk melacak nama, usia, dan nomor kartu identitas korban tewas dan mengirimkannya ke Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah, bagian dari Otoritas Palestina (PA) yang memiliki kekuasaan terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Namun direktur pusat operasi darurat kementerian Ramallah, Omar Hussein Ali mengatakan bahwa dari empat pejabat yang mengelola pusat data Shifa, satu orang tewas dalam serangan udara yang menghantam rumah sakit tersebut. Sementara tiga lainnya hilang ketika pasukan Israel menyita tempat yang diduga sebagai tempat persembunyian Hamas.

“Pencatatan korban yang diperlukan untuk memahami apa yang sedang terjadi semakin sulit. Infrastruktur informasi, sistem kesehatan yang ada dihancurkan secara sistematis,” kata Hamit Dardagan dari Iraq Body Count, yang didirikan selama invasi dan pendudukan AS di Irak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *