Harapan Wanita Tuna Susila Dihari Perempuan Sedunia

Ilustrasi (Istimewa)

Sidoarjo, Lini Indonesia – Wanita Tuna Susila (WTS) atau dikenal sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) dianggap sebagian kalangan penyimpangan sosial yang merugikan masyarakat.

Namun, pendapat salah pelaku WTS berinisial NR (27) asal Sidoarjo ini mengatakan apa yang ia kerjakan tidak serta merta merugikan, lantaran apa yang dilakukan atas dasar pekerjaan dan tidak ada unsur paksaan.

“Dari mana ya unsur merugikannya kan kami kerja dan gakada pemaksaan,” cetusnya saat dihubungi, Selasa (8/3).

Dirinya memahami apa yang ia kerjakan memang bertentangan dengan norma sosial dan agama. Namun, karena sulitnya mencari kerja dengan bermodalkan ijazah yang tak tamat sekolah menengah atas (SMA) membuat dirinya terpaksa menjalani pekerjaan sebagai WTS.

Tinggal dalam kamar kos murah, berukuran empat kali empat, perempuan berusia 27 tahun itu sempat menanam satu harapan dihari perempuan sedunia yang diperingati setiap tanggal 8 Maret.

Ia mengungkapkan, tidak ada wanita yang mau terjun dalam dunia gelap yang ia lakoni termasuk dirinya sendiri.

“Kalau ditanya kenapa harus kerja seperti ini ya mungkin kebanyakan orang mengira bahwa WTS tidak mau susah dan maunya instan. Tapi hal itu sangat bertentangan dengan apa yang kami rasakan. Tidak ada perempuan yang mau kerja seperti ini kalau tidak ada situasi yang benar-benar membuat kami terjun di dunia gelap ini,” ungkapnya.

“Ya saya harap, sebagai wts tidak dipandang sebelah mata apapun itu kami tidak berbuat kriminal dan kami juga berhak mendapatkan kesejahteraan dan perhatian dari pemerintah sama seperti yang lain,” imbuhnya.

Sementara itu saat dihubungi terpisah, founder dan pelaku UMKM yang mengangkat tema perempuan bergerak, Hayy Mahayya mengungkapkan harapannya dihari spesial bagi kaum perempuan tahun ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *